SAYA H.AJIEP PADINDANG,S.E,M.M;

MAAF, INILAH SEKILAH POTRET KEHIDUPAN SAYA.

H.A.Jamaluddin.P, lahir tahun 1959 di Masago, adalah nama asli yang kemudian disekitar tahun 80-an, membuat nama samaran menjadi AJIEP PADINDANG, saat aktif dalam dunia kesenian, tidur dipanggung pementasan, berbagai secangkir Kopi di pagi hari dan larut dengan latihan-latihan teater di soreh hari, kemudian malam bercanda tiada batas. Tahun 1984, menikah dengan seorang perempuan Sidenreng bernama Hastina dan kini punya anak tiga, A.Saputra Macirinna sedang S-2 di UGM, Jokjakarta, A.Rizky Maruddani, semester akhir di FISIPOL-Sosiologi Kriminal, UNHAS, A.Putra Pratama Mangewa, kelas I, SMA Neg.I, Makassar.
Saat aktif didunia jurnalistik yang dimulai di Surat Kabar Mingguan Makassar Press kemudian ke SKM.Pos Makassar hingga Koresponden Skh Berita Buata Jakarta, makin menguatkan nama tersebut dan akhirnya saya resmikan melalui Pengadilan Negri Ujungpandang, sebagai nama sah : Ajiep Padindang. Begitulah sebuah nama menjadi berarti dan banyak keluarga kehilangan jejak, kemudian menjadi kikuk memanggilnya.
Saya lahir dari lingkungan kehidupan agraris di Selatan Bone, tepatnya Desa Masago, Kecamatan Patimpeng, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Indonesia. Sekarang beralamat di Kompleks Anggreak AM3/1, Minasa, Kabupaten Gowa dan Jalan Sungai Asahan No.1 B, Ponceng, Watampone, Kabupaten Bone.
Orang tua saya berLatar belakang kehidupan petani, sebab ketika peralihan pemerintahan dari system kerajaan menjadi Pemerintahan Republik Indonesia, Bapak saya tercinta Andi Padindang Petta Terru, tidak menjadi pewaris ‘akkarungeng’ melainkan berakhir di kakek saya, Andi Baso Maccirinna, sebagai Arung Masago, sebuah kerajaan palili dari Kerajaan Bone, akhirnya melebur menjadi Desa Masago dalam wilayah Kecamatan Patimpeng.
Saya menghabiskan masa remaja di Kampung halaman dengan menempuh sekolah ke SMP Negri Palattae, berjalan kaki sekitar 8 km pulang pergi, melalui pematang sawah dan terkadang tanpa sandal. Setelah itu ke Makassar dan Alhamdulillah mampu menyelesikan Study sementara hingga S-2 di Program pascasarjana UMI, Tahun 2005. Sebuah perjalanan hidup yang jika diukur sekarang dianggap menderita, tetapi di masa tahun 70-an, sudah terbilang kehidupan yang lumayan. Sebab memang daerah itu baru terbangun dari perjalanan waktu yang melelahkan karena belum merdeka secara fisik, muncul kekacauan akibat DII-TII hingga barulah disekitar tahun 67-an, pembangunan bisa dilaksanakan.
Saya sering berfikir, betapa luar biasanya sikap dan keputusan Seorang Tokoh Pejuang H.A.Pangerang Petta Rani dan ayahnya A.Mappanyukki, yang memperjuangkan dan memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia, kemuaian menyerahkan tanah kekuasaannya. Sebuah sikap dari seorang pemimpin yang sulit diikuti di zaman sekarang ini. Sungguh. Seorang raja, menyerahkan wilayah kekuasaan tanpa berharap balas jasa, buktinya ketika saya memperjuangkan gelar Pahlawan Nasional untuk A.Mappanyukki, betapa sulitnya mengurus di Depsos-RI, kemudian lolos pada tahun 2005. Sedangkan H.A.Pangerang Petta Rani, secara formal belum bergelar Pahlawan Nasional. Wah….
Saya memulai kehidupan baru setelah menjadi wartawan yang berpindah-pindah surat kabar sekaligus menjelajah diseluruh pelosok Sulawesi Selatan. Pernah menjadi pengelola Surat Kabar Pemda Sulsel SUARA CELEBES yang dibuat bersama H.Syalrul Yasin Limpo yang sekarang Gubernur Sulsel. Menekuni bidang penulisan selain karya jurnalistik, juga puisi dan naskah drama hingga naskah senitron. Panggung politik barulah saya kenal ketika berawal menjadi pengurus AMPI Sulsel dan juga di KNPI.
Berawal sebagai pengurus Golkar Makassar hingga sekarang menjadi Wakil Ketua DPD I Partai Golkar Sulsel, Korwil VIII-Bone, dibawah kepemimpinan H.M.Amin Syam. Di AMPI, kami bersama H.Moh Roem, Syarul yasin Limpo, Andi Mappajanci Amien, H.A.M.Nurdin Halid, Agus Arifin Nu’mang, Ilham Arief Sirajuddin dan sederet nama yang kini banyak berkiprah didunia politik, birokrasi dan dunia usaha baik di Sulawesi Selatan maupun di Jakarta.
Selain dijurnalistik, saya juga aktif mencari kehidupan dengan berwiraswasta bersama antara lain A.M.Mochtar mendirikan CV.Republika, hingga PT.Benteng Utama yang dikelola H.Rahman, sekarang ini. Seluk beluk dunia konstruksi dan pengadaan barang, pernah dilalui juga bersama Dr.Ismail Pabittei dan Gege Helena. Dunia usaha yang saya geluti itu masih terus dikembangkan, namun tidak langsung. Saat ini juga membina KSU KUPP-Karang Taruna, Koperasi Ternak Wawo Bulu di Bone dan sering memfasilitasi KUD untuk akses diperbankan, seperti KUD Lalabata, Lamuru, Bone.
Aktivitas didunia kesenian, tidak akan pernah ditinggalkan sekalipun saya sibuk dengan menjadi anggota DPRD Sulsel sejak tahun 1997. Banyak kegiatan kami yang telah berjalan, terakhir lebih focus pada pengkajian dan penulisan buku tentang seni dan budaya. Mendirikan Lembaga Seni Tradsional yang menjadi penyelenggara Festival Serumpun Bugis, sudah tujuh tahun dilaksanakan. Kini mengelola Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Budaya Bugis dengan pusat kegiatan di Watampone. ( jika ada yang mau mengaksesnya melalui :
www.bugisculture.com.
Selain itu ikut mendukung berbagai program pembinaan kesenian dan kebudayaan, seperti Pembinaan Museum La Patau Matanna Tikka di Nagauleng, Cenrana, Bone. Beberapa buku telah diterbitkan seperti Jejak Sejarah Islam di Sulsel, Kajaolaliddong Sang CEndekiawan Bugis, Catatan Harian Raja Bone, bahkan memprakarsasi penyusunan silabus dan bahan ajar seni tradisional di sekolah-sekolah di Sulsel.
Aktivitas lain, masih menjadi Ketua Karang Taruna Sulsel sejak tahun 2002, karena itu banyak keliling bersentuhan dengan para pemuda dan remaja desa. Melancarkan program pelatihan Sosial Community Leaders (SCL) untuk anggota Karang Taruna. Jika ingin mengakses silakan disitus kami :
www..Karangtarunasulsel.or.id.
Selain diorganisasi politik, pemuda dan organisasi sosial, sebab juga membina LSM seperti LSM SABDA, LSM Pemberdayaan Masyarakat Sulsel, LSM Madani di Wajo, Manurunge di Bone, dllnya, juga memprakarsai pembinaan kegiatan keagamaan hingga mendirikan TPA Kajaolaliddong dan TPA Nurul Hadhy di Bone, hingga TPA dan TKA di atas air di Danau Tempe, Wajo. Memang menjadi kebiasaan menguruskan dana bantuan masjid dan pesantren sekaligus menemui tokoh-tokoh agama di daerah-daerah. Salah satu pondok pesantren yang menjadi sasaran perhatian adalah Yayasan Darul Hufadz, Pondok Pesantren Tuju-Tuju, Kajuara, Bone, pusat penghapalan al-Qur’an terbesar di Sulsel.
Sesungguhnya masih banyak rangkaian kegiatan yang bisa saya sajikan, termasuk menjadi Staf pengajar pada FKM UVRI dan FE-UVRI, serta kegiatan Olahraga sebagai Pengurus INKADO Sulsel. Namun sementara inilah berbagai rangkaian kehidupan saya. Maaf untuk diketahui, bahwa telah mengjungi seluruh Kabupaten/kota hingga berbagai pelosok desa di Sulsel, hampir semua provinsi di Indonesia, semua Negara ASEAN hingga Korea, Jepang dan Cina. Juga pernah ke Australia, Belanda dan Prancis.
Motto : “ Tellabu Essoe Ritengngana BitaraE’ yakni takkan tenggelam mentari ditengah langit. Maknanya, bahwa kalau memang perjalanan hidup sudah seharusnya seperti itu, maka jalanilah saja. Saya mengalir ibarat air, karena itu nilai diri yang saya kembangkan yakni mencoba menggunakan falsafah nilai air.
Visi saya : “ Berkarya untuk sesama, Menjalani hidup karena takdir Allah.”
Misi saya : Mengupayakan agar diri saya berarti dalam kehidupan orang lain. Menjadikan dunia politik sebagai pengabdian untuk rakyat. Mengembangkan nilai luhur budaya Bugis melalui kegiatan seni dan budaya. Mengupayakan pengembangan pemuda dan remaja menjadi manusia berpengetahuan, trampil dan produktif. Mendukung kegiatan keagamaan untuk membentuk Manusia Sulsel yang religius.
Agenda utama saya adalah, Pembinaan Politik, Pengembangan Seni dan Budaya, Pengembangan Usaha Produktif, Pembinaan Kegiatan Keagamaan, Pengembangan Pemuda dan Remaja. Agenda-agenda utama tersebut kami jabarkan dalam berbagai program dan kegiatan yang gambarannya sudah saya uraikan. Semoga ada manfaatnya. Kalau tidak menarik, tolong jangan dicerca, melainkan lupakan saja. Tetapi jika ada yang menarik dan ingin mengetahui lebih lanjut, kunjungilah kami. Sekian dan terima kasih. Salamakki Kipada Salamak.’
Ujungpandang, April, 2008.

3 komentar:

Unknown mengatakan...

saya salah seorang partisipatori bapak, hampir sebagian sejaran perjalanan hidup ku sama yang bapak jalani, titian asa itu setapak demi setapak dilalui, ku YAKIN USAHA SAMPAI......Raihan Ilmi Sastra Gibran

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum..salam kenal salam silaturahmi. Dari saya cucu H Andi Syarif Mappatunru..

Unknown mengatakan...

Assalamu alaikum... Salam silaturahim..
Saya Andi Maulana Yusuf Mappangile asli berdarah Masago.. sy keturunan d()cicit raja masago arung masago Laute Petta Mole...